Beranda | Artikel
Bantahan Syubhat Inti Ilmu adalah Amal Sehingga Malas Menuntut Ilmu
Rabu, 22 November 2023

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary

Bantahan Syubhat Inti Ilmu adalah Amal Sehingga Malas Menuntut Ilmu ini adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Talbis Iblis. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary pada Senin, 7 Jumadil Awal 1445 H / 20 November 2023 M.

Kajian Tentang Bantahan Syubhat Inti Ilmu adalah Amal Sehingga Malas Menuntut Ilmu

…وَمَا أُوتِيتُم مِّنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا

“Dan tidaklah kamu diberi ilmu itu selain sedikit.” (QS. Al-Isra`[17]: 85)

Dan yang kita ketahui juga masih sedikit. Artinya, kita tidak boleh berpuas dengan sedikit ilmu. Oleh karena itu, menuntut ilmu adalah tugas yang tidak ada selesainya. Karena jika kita menuntut ilmu sepanjang hayat pun, maka tidak akan menuntaskan ilmu tersebut. Artinya masih banyak hal-hal yang terlupakan.

Apalagi jika kita memang tidak mau menuntutnya atau membatasinya. Silakan batasi diri dari dunia, tapi jangan batasi diri dari ilmu. Silakan batasi diri dari materi (harta benda), tapi jangan batasi ilmu. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberikan ilmu kepada siapa yang dikehendakiNya, menurut apa yang dikehendakiNya. Kadang-kadang, Allah memberikan suatu ilmu yang di luar perhitungan dan perkiraan manusia.

Maka dari itu, motto seorang Muslim adalah belajar dan terus belajar. Tidak ada kata puas dalam menuntut ilmu, karena sepanjang hayat pun kita menuntut ilmu, itu juga tidak akan menuntaskan dahaga kita. Masih banyak ilmu-ilmu yang belum kita sentuh.

Tapi, kaum Sufi ini dibuat puas dengan sedikit ilmu sehingga ilmu mereka pun sangat terbatas. Apalagi mereka membatasi ilmu syariat, karena mereka mengejar ilmu hakikat atau ilmu makrifat. Sehingga mengenal halal dan haram adalah sesuatu yang sangat langka dan berat di kalangan mereka. Maka, seruan mereka: “Jangan sibukkan dengan masalah-masalah.” Ini membuat sulit mereka untuk mendalami agama. Lalu, mereka menuding bahwa ilmu syariat itu masih kulit, belum masuk kepada inti.

Inti ilmu adalah amal?

Syubhat berikutnya yang dihembuskan setan kepada mereka dalam bab ini adalah setan menjadikan kelompok Sufi ini beranggapan bahwa inti ilmu adalah amal. Namun, mereka tidak sadar bahwa sibuk mempelajari ilmu serta mengamalkan ilmu itu termasuk amalan yang paling sempurna. Di sisi lain, meski perjalanan amal seorang alim singkat, namun dia berada di jalan yang lurus. Mungkin kita menuntut ilmu dalam waktu yang panjang, tapi beramal mungkin waktunya singkat, namun amal yang singkat ini dengan ilmu yang benar itu jauh lebih baik daripada amal yang panjang tapi dengan sedikit ilmu.

Tentu yang terbaik adalah banyaknya ilmu dan banyaknya amal, itu yang paling sempurna. Akan tetapi, lebih baik juga, walaupun sedikit amalnya tapi banyak ilmunya. Artinya, semua amalnya itu dilandasi dengan ilmu, ini lebih selamat. Karena dia berada di jalan yang benar dengan ilmunya. Sehingga tidak ada amal (walaupun sedikit) yang tersia-siakan karena didasari ilmu. Sehingga amal itu, walaupun sedikit, tidak ada yang tersia-siakan.

Terkadang ada orang yang sempurna ilmunya, tapi mungkin kesempatan beramalnya tidak banyak, tapi itu jauh lebih baik. Berbeda dengan ahli ibadah yang minim atau tanpa ilmu, tapi banyak amal ibadahnya. Boleh jadi dia mengamalkan ibadah-ibadah itu tanpa ilmu, artinya dia berada di luar jalan yang lurus karena minimnya ilmu. Sehingga mungkin banyak amal-amalnya yang tidak sejalan dengan sunnah.

Begitulah pentingnya ilmu. Maka kaidah kita adalah:

 العلم قبل القول والعمل

“Berilmu dulu sebelum berbicara dan berbuat.”

Orang yang selamat adalah orang yang beramal yang didasari ilmu, bukan sekedar beramal.

Oleh karena itu, Allah mengatakan di dalam Al-Qur’an:

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا

“Dia-lah yang telah menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kamu, siapakah di antara kamu yang paling bagus amalnya.” (QS. Al-Mulk[67]: 2)

“Bagus amalnya”, bukan banyak amalnya. Karena ada orang yang banyak amalnya tapi amalnya itu sia-sia karena dilakukan tanpa ilmu. Maka Allah mengatakan “Yang bagus amalnya.” Kenapa amalnya bisa menjadi bagus? Karena didasari ilmu, sehingga dia benar-benar melakukannya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan koridor ilmu, bukan asal-asalan. Itu jauh lebih baik.

Jadi, ini adalah syubhat kaum Sufi atau orang-orang yang berjalan di atas Manhaj mereka, yaitu mereka mengatakan bahwa tujuannya amal, bukan ilmu. Maka mereka langsung amal tanpa ilmu. Ini tentunya boleh jadi yang dilakukan itu bukan bukan ibadah, justru bid’ah. Hal ini karena tanpa ilmu. Dan semua bid’ah itu tertolak.

Jika kita menghabiskan masa yang panjang untuk menuntut ilmu, sehingga waktu beramal menjadi sebentar, maka tidak mengapa juga, asalkan amal yang dalam waktu singkat itu dilakukan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan koridor ilmu. Sehingga yang kita lakukan sejalan dengan apa yang Allah inginkan.

Maka alasan “yang menjadi tujuan adalah amal, bukan ilmu” tidak bisa diterima. Bagaimana bisa beramal tanpa ilmu? Bagaimana bisa benar amalnya tanpa didukung ilmu? Maka menuntut ilmu itu sendiri merupakan ibadah. Bahkan salah satu amal yang terbaik adalah menuntut ilmu. Bahkan itu adalah tanda kebaikan yang Allah berikan kepada seseorang. Nabi mengatakan:

مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ

“Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan, maka Allah akan berikan kepadanya pemahaman dalam agama.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Lihat juga: Hadits Tentang Menuntut Ilmu dan Keutamaan Para Ulama

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak pembahasan yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/53616-bantahan-syubhat-inti-ilmu-adalah-amal-sehingga-malas-menuntut-ilmu/